Ini aku cuma repost dari blog aku. Tolong ya jangan ada yang copycat, oke? Aku susah mikirin idenya nih, hehehe.
Naya melirik ke luar jendela kelas. Murid-murid sudah merubungi mobil perpustakaan keliling bagai semut merubung gula. Di mobil perpustakaan keliling itu, telah terhidang (emangnya makanan) buku-buku yang kelihatan menggiurkan (ini buku apa makanan sih). Ada novel, komik, buku cerita, dongeng, sampai buku pelajaran. Lengkap sekali. Sayang, kelas Naya belum istirahat, jadi Naya tidak boleh ke luar kelas.
Teng! Teng! Teng! Bel istirahat berbunyi. Semua murid langsung berhamburan ke luar kelas, tidak peduli meja-meja yang bergeser akibat geseran dari orang-orang, atau buku-buku dan alat tulis yang belum sempat mereka bereskan. Ada yang ke kantin sekolah, koperasi sekolah, toilet, mushola (untuk sholat Dhuha), dan lain-lain. Tapi, lebih banyak murid yang menyerbu perpustakaan keliling.
Naya ikut berkurumun bersama murid-murid pencinta buku di antrean panjang di depan mobil perpustakaan keliling. Setelah hampir 20 menit menunggu, giliran Naya. Naya langsung dengan gesit menuju rak buku-buku novel mistis dan horror. Tangannya langsung menjangkau sebuah buku novel berwarna hitam dengan corak merah darah untuk menambah sensasi mistis novel itu. Novel itu berjudul, Scary Holiday, Liburan Yang Menyeramkan. Naya segera ke luar dari mobil perpustakaan keliling dan menuju meja tempat "daftar absen" buku-buku.
"Saya Inayah Niscahya dari kelas 5C, mau pinjam buku Scary Holiday," kata Naya pada petugas.
"Scary Holiday, Dik?" ulang petugas itu sambil mengerutkan kening.
"Iya. Ada yang salah? Apakah saya tidak boleh meminjamnya?" desis Naya.
"Tidak. Kamu boleh meminjamnya," jawab petugas itu seraya memberi kertas putih berisi nama lengkap Naya, kelas Naya, dan buku yang Naya pinjam serta tanda tangan dari si petugas. Kertas itu biasa disebut karcis untuk pinjam buku.
Naya pun segera kembali ke kelas, memasukan novel itu ke tasnya, lalu berjalan menuju toilet untuk berwudhu. Padahal, waktu istirahat tinggal 5 menit lagi. Ah, terpaksa aku tidak jajan hari ini, batin Naya. Sesampainya di toilet, Naya segera berwudhu dan pergi ke mushola untuk sholat Dhuha. Saat sedang memilih mukena di mushola, seseorang menepuk pundaknya.
"Hai!" sapa orang itu. Naya berbalik.
"Hai juga, Letta. Kamu ngagetin aku aja. Untung aku nggak teriak," ucap Naya.
"Hehe, maaf," Letta nyengir.
"Hmm. Oh ya, kamu udah selesai sholat?" tanya Naya.
"Udah. Kamu? Baru mau sholat ya? Mau aku tungguin nggak?" tawar Letta.
"Enggak usah nggak apa-apa kok. Nanti malah kamu telat gara-gara aku."
"Nggak apa-apa kok. Kebetulan pelajaran selanjutnya kan kosong. Katanya gurunya sakit."
Dalam hati, Naya bersorak. Namun dia segera istigfar dan mengucapinnalillahi.
Naya pun segera sholat Dhuha. Setelah itu, ia dan Letta jajan di kantin sekolah karena mereka mendapat jam istirahat ekstra hari ini. Naya membeli Syabab (Roti Maryam) dengan taburan meises cokelat, parutan keju, dan susu kental manis putih. Letta membeli mabasa (makaroni banyak rasa) rasa ayam lada hitam dan balado. Mereka makan sambil duduk di kursi kantin.
"Tadi kamu pinjam buku di perpustakaan keliling nggak, Letta?" tanya Naya.
"Ya. Aku pinjam komik. Judulnya Hachoko. Menceritakan tentang seorang anak bernama Hachoko yang indigo. Serem, lho," kata Letta.
"Oh, kalau aku pinjam novel horror. Judulnya Scary Holiday," sahut Naya.
Letta mengernyitkan dahi bingung, namun, "Wah, kayaknya seram. Nanti aku boleh pinjam nggak?" tanya Letta. Naya mengangguk.
***
Hari ini adalah hari pertama liburan sekolah. Naya duduk di sofa di ruang tengah dengan posisi wuenak. Dia sedang serius membaca novel berjudulScary Holiday. Scary Holiday menceritakan tentang seorang remaja perempuan yang yatim piatu. Saat semua temannya liburan, dia hanya sendirian di rumahnya. Akhirnya neneknya datang untuk mengajaknya berlibur ke desa. Awalnya, desa itu biasa-biasa saja, damai, tenteram, nyaman, aman. Namun semenjak kedatangan si remaja, desa itu menjadi suram, angker, dan kelihatan menyeramkan. Warga selalu merasa tidak aman. Kabarnya, warga sering melihat penampakan seorang gadis berambut hitam panjang yang sering bermain di dekat sungai. Karena kemiripannya, warga menuduh si remaja adalah gadis yang suka bermain di dekat sungai ketika malam hari untuk menakut-nakuti para warga. Si remaja pun akhirnya berusaha melarikan diri sebelum para warga membunuhnya, namun apa daya, si remaja malah tersesat di hutan dan dihantui oleh sesosok gadis berambut panjang yang sering bermain di sungai pada malam hari.
Naya menghembuskan napas perlahan. Syukurlah aku tidak seperti dia, katanya dalam hati. Dia mengubah posisi "duduk setengah tiduran"nya itu. Tiba-tiba, mama datang sambil membawa dua buah koper.
"Naya, hari ini kita akan liburan ke Desa Dyamond," kata mama.
"Desa Dyamond? Bukankah itu desa tempat Nenek tinggal?" tanya Naya.
"Iya. Kita berangkat sekarang," ujar mama lagi.
"Tapi, Ma, aku belum beresin baju," kilah Naya.
"Sudah Mama bereskan. Kamu tinggal sikat gigi dan ganti baju."
Naya pun berlari menuju kamarnya, lalu berganti baju dengan kaus lengan panjang warna pink muda bertuliskan Cute Girl dan celana jeans biru tua panjang. Rambutnya dikucir satu. Tak lupa ia memakai tas selempang putih yang ia isi dengan handphone, dompet, dan novel favoritnya itu.
Mama menyetir mobil, sedangkan Naya duduk di sebelahnya sambil asyik membaca novel. Dia memang kutu buku dan tak pernah lepas dari buku apa pun, tergantung mood. Kalau lagi pengin baca novel, ya bawanya novel. Kalau komik, ya komik. Begitu.
Satu setengah jam kemudian, mereka sudah sampai di sebuah desa indah nan permai di lereng bukit. Nenek dan kakek ke luar menyambut mereka berdua. Rencananya, papa akan menyusul mereka ke desa.
"Alhamdulillah, akhirnya anak dan cucuku datang juga," sambut nenek.
"Hehehe, iya Nek," Naya kesengsem (aku sendiri susah ngejelasin apa artinya ._.V).
Mereka pun masuk ke dalam rumah. Nenek sudah menyiapkan pai blueberrydan pancake madu.
"Kek, hari ini Kakek tidak memancing, kah?" tanya Naya.
"Oooh ... Kakek baru mau memancing. Naya mau ikut?" ajak kakek.
"Mau!" jawab Naya semangat.
"Ya, sudah. Tapi jangan lama-lama ya," ujar mama. Naya mengangguk.
Selesai makan, Naya dan kakek pergi menuju pinggir sungai untuk memancing. Anehnya, hari ini sungai itu sepi, padahal biasanya banyak orang yang suka memancing di sore hari. Kakek mengeluarkan pancingannya, lalu memasang umpannya dan mulai melempar pancingan ke sungai besar ini. Naya mengikutinya. Saat sedang hening-heningnya, Naya mendengar suara perempuan menangis. Naya menoleh ke sana-ke mari. Tidak ada siapa-siapa. Tiba-tiba kakek langsung membereskan alat pancingannya.
"Loh, kenapa diberesin, Kek? Kan kita belum dapet ikan?" tanya Naya polos.
"Sudah, ikuti saja Kakek," perintah kakek. Naya menurut. Sambil membereskan pancingan, dia mendengar suara menangis itu lagi. Naya pun mempercepat gerakannya sambil bersenandung agar suara menangis itu hilang. Namun yang ada, suara menangis itu malah tambah kencang.
***
"Iya, Pak. Saya takut kalau 'dia' datang lagi ..."
"Tenang dulu Pak. Jangan khawatir, kami akan segera menanganinya ..."
Tanpa sengaja Naya mendengar percakapan antara kakek dan kepala desa di beranda rumah. Nenek juga ikutan, tapi jarang berbicara. Sambil terus membaca novel, sesekali Naya mencoba mendengar percakapan serius antar tiga tetua di desa ini.
"Pak! Kita harus segera ke sana! Kalau 'dia mengamuk', bagaimana?!" Kini suara jeritan nenek.
Naya mengubah posisi duduknya. Ngomongin apa sih?, batinnya penasaran. Dia membuka halaman selanjutnya dari novel Scary Holiday. Sudah halaman 356, berarti 4 halaman lagi, batin Naya. Akhirnya, dalam waktu seminggu ini Naya bisa menyelesaikan novel itu. Novelnya ada 400 halaman, ditambah epilognya menjadi 403 halaman. Saat di bagian halaman paling belakang, Naya melempar novelnya ke lantai sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. Spontan saja nenek, kakek, dan kepala desa itu menoleh ke arah Naya.
"Kenapa Nak?" tanya nenek.
"Eh, enggak kok, Nek. Tadi cuma ada gambar yang serem aja. Hehe, maaf," Naya mengambil kembali novelnya. Nenek, kakek, dan kepala desa melanjutnya obrolannya.
Naya mengernyitkan dahi. Benarkah apa yang ditulis dalam buku ini?, batinnya. Dia tampak heran. Dijelaskan di akhir novel itu, desa tempat si remaja berlibur, alias desa neneknya si remaja bernama Desa Dyamond. Naya pun mulai memutar otak. Tunggu ... Tadi aku mendengar suara tangisan. Apa jangan-jangan ... Itu ... Suara tangisan si remaja atau hantu perempuan yang diceritakan di novel ini?.
Naya pun bergegas menuju kamar mamanya dan menceritakan kejadian yang tadi dialaminya di sungai ketika sedang memancing. Dia juga menceritakan sinopsis dari novel Scary Holiday, ditambah percakapan antara nenek, kakek, dan kepala desa yang tadi sempat ia dengar.
"Ah, kamu ini terlalu penakut. Itu kan cuma akal-akalan si penulisnya saja. Mungkin dia mengambil nama Desa Dyamond karena dekat hutan agar ceritanya terkesan seram. Dan suara tangisan itu, bisa saja halusinasimu karena kebanyakan nonton film horror," tanggap mama.
"Tapi Ma ..."
"Sudah, tidak ada tapi-tapian. Jangan bilang setelah membaca novel ini kamu jadi takut tidur sendiri ..."
Naya pergi ke luar kamar mamanya dengan perasaan kesal. Sudah tidak dipercaya, dituduh lagi, katanya dalam hati.
***
Pagi ini, Naya tidak di rumah nenek. Dia mengikuti nenek, kakek, kepala desa, dan beberapa warga pergi menuju sungai itu. Dia pergi diam-diam, karena kalo ketahuan, bisa gagal rencananya. Saat tiba di sungai, Naya langsung bersembunyi di balik batu besar. Tiba-tiba terdengar suara orang menjerit-jerit kesakitan, lalu disambung suara tertawa, menangis, dan begitu seterusnya. Satu per satu orang mulai kerasukan. Seorang kyai berusaha mengeluarkan "isi" dari orang-orang yang kerasukan tadi.
"Aaaa!!!" teriak nenek. Nenek langsung pingsan. Semua orang terkejut. Apalagi Naya. Naya ingin pergi menuju orang-orang yang bergerombol di dekat nenek, tapi dia urungkan niatnya. Tiba-tiba terdengar suara jeritan yang begitu memilukan hati dari nenek. Lalu, nenek menangis, tertawa, marah-marah sendiri, dan kemudian menjerit lagi. Kyai tadi berusaha menetralisir tubuh nenek.
Huhuhu, huhuhu. Terdengar suara perempuan menangis lagi. Naya menutup telinganya, berusaha agar suara itu tidak terdengar olehnya. Namun suara itu malah semakin kencang, serasa ada yang sengaja menangis di dekat telinganya. Anehnya, para warga tidak mendengarnya. Mereka masih sibuk bergerombol di dekat nenek.
"Pergi kamu! Jangan ganggu kami lagi!" teriak Naya. Tapi suara menangis tadi malah semakin kencang saja. Naya berusaha menutup daun telinganya dan memejamkan mata.
"Audzubillahiminasyaitonnirozim, pergi!" seru Naya lagi. Suara menangis itu memelan, namun masih bisa terdengar.
"Aaaaa!!!" Naya pun langsung pingsan.
***
Saat Naya sudah sadar, akhirnya nenek menceritakan tentang perempuan penunggu sungai itu. Memang benar, dialah si remaja dalam novel Scary Holiday itu. Dia kesepian karena tak mempunyai teman. Makanya dia sering menampakan diri di dekat sungai, tempat meninggalnya. Sejak saat itu, tidak ada orang yang berani mancing lagi di sana. Desa Dyamond berubah menjadi desa yang angker.
***
Hari ini hari pertama masuk sekolah setelah libur kurang lebih dua minggu. Naya dan beberapa murid lain sudah mengantre untuk mengembalikan buku pinjamannya. Saat tiba giliran Naya, Naya langsung menyodorkan novel Scary Holiday dan karcis untuk meminjam buku miliknya.
"Terimakasih Kak. Ceritanya sangat menarik dibaca," kata Naya seraya tersenyum manis.
Lagi-lagi, petugas itu mengernyit melihat buku novel yang dipinjam Naya.
"Adik ambil novel itu dari mana?" tanya petugas.
"Dari rak buku novel mistis dan horror, kenapa Kak?" Naya balik bertanya.
"Dik, sejak tahun lalu mobil perpustakaan keliling tidak punya rak buku khusus novel mistis dan horror. Kalau pun ada, yang ada hanya komik mistis dan horror, itu pun raknya dicampur dengan rak komik biasa."
***
Jangan plagiat ya! Maaf kalo aneh, jelek, kepanjangan, dll. Makasih udah mau membaca! ^^.
-Dya~chan (Dewi) XD-
Label: Cerita Karya Dewi, Dewi Yugi
Posting Komentar
<< home ♥